25.12.13
Kamichama Karin Chu © Koge Donbo
The Darkness © Audrey Naylon
Genre: Hurt/Comfort, Romance
ENJOY
.
.
.
Aku
duduk dan menyandarkan punggungku di bawah pohon. Aku bisa melihat jelas
keadaan kota Tokyo dari sini. Hei, aku mempunyai tujuan sendiri duduk di tempat
ini. Tujuannya hanya satu. Dan itu adalah…
…
Yap! Menunggu kekasihku.
Kekasihku
itu suka sekali berkencan walaupun hanya duduk-duduk seperti ini. Hei, kalian
mau tahu tidak caraku sampai bisa pacaran sama dia? Jadi… gini
Flashback
Aku berjongkok di depan nisan
kekasihku, Hanazono Karin. Menyedihkan… tidak! Menyakitkan bukan, ditinggal oleh
orang yang sangat kau cintai?
Sejak saat itu. Hatiku terasa seperti
hancur berkeping-keping. Aku memandangi batu nisan itu… tidak! Bukan batunya,
tapi namanya. Aku menatapnya dengan tatapan nanar. Dengan mudah, kutarik kedua
ujung bibirku dan mengukir sebuah senyuman. Maksudku, senyum kecut.
"Jin-sama. Ayo pulang. Aku bisa dimarahi oleh Onii-san bila pulang terlambat." ucap
seorang gadis dari belakangku. Aku tahu siapa gadis itu. Hn. Gadis yang bodoh.
Padahal aku tidak memintanya untuk menemaniku. Lantas, kenapa ia bisa ada di
sini?
"Ya sudah. Pulang saja duluan,
Kazusa. Aku masih mau di sini." ucapku dingin. Tak ada alasan lagi untukku
ramah pada oranglain… mulai sekarang.
Aku bisa mendengar Kazusa menghela
napas panjang. "Kalau kau begini terus, nanti Karin-sama akan sedih, loh…"
Karin. Mendengar namanya saja sudah
membuatku sakit. Aku menghela napas panjang dan berdiri.
"Karin. Kalau begitu aku pergi
dulu ya. Aku akan sering-sering kemari!" ucapku dan berjalan malas ke arah
Kazusa yang tersenyum ke arahku. Senyumannya… manis, seperti Karin. Ah! Hei
jangan berpikiran yang aneh-aneh Jin! Tak ada yang bisa menggantikan Karin.
…
Hari demi hari berlalu. Bulan demi
bulan berlalu. Aku selalu menyendiri… dan, aku yakin sekarang aku sudah
terjerumus ke dalam kegelapan. Aku bisa merasakan seseorang yang selalu
menatapku dengan kecemasan. Tapi aku tak tahu dan tak mau tahu karena aku selalu
menunduk dan melihat ke bawah.
PLUK!
Seseorang menepuk bahu kiriku dan aku
langsung menoleh ke arahnya. Kazusa ternyata. "Ada apa, Kazusa?"
tanyaku dingin. Ia meringis… mungkin karena kejutekanku?
"Hei, Jin! Kau mau tidak
mengulang semuanya dari awal. Aku akan menyelamatkanmu dari kegelapan dan
kesedihan itu! Kau harus bisa merelakan Karin!" ucap Kazusa tanpa
menggunakan embel-embel -sama-nya. Aku mengerutkan dahiku.
"Apa maksudmu? Kau kira aku
akan―" kalimatku terpotong karena ia menarik wajahku dengan kedua
tangannya dan mencium lembut bibirku. Hangat. Awalnya aku membelalakkan mataku
lalu aku membalas ciumannya. Untung sekarang kami berada di tempat yang sepi
sehingga tak ada yang melihatnya.
Ciuman itu tak berlangsung lama. Hanya
selama tiga menit dan ia langsung melepaskan tautan bibir kami. Ia tersenyum
manis dengan rona merah menghiasi pipinya. Aku membalas senyumannya dengan
senyuman kecilku. Walaupun hanya senyuman kecil, tapi aku sama sekali belum
tersenyum beberapa bulan terakhir ini. Kutarik wajahnya untuk mendekat ke
wajahku, kami saling menautkan bibir kami lagi untuk yang kedua kalinya.
Flashback End
"Hei,
Jin-kun. Maaf membuatmu menunggu
lama," ucap… kau pasti tahu siapa? Ya, Kazusa sambil duduk di sebelahku.
Aku memberikan senyumanku untuknya. Sekarang, aku sudah bisa berpaling dari
Karin… perjalanan hidupku masih panjang 'kan?
"Um…
Jin-kun. Apa yang akan kau lakukan
jika aku… mati dibunuh?" tanya Kazusa yang tentu membuatku terkejut
setengah mati.
"Heh?
Kenapa kau bertanya seperti itu?"
Kazusa
menoleh ke arah samping bawah, tidak ingin menatap mukaku dan… tersenyum.
Tersenyum kecut. "Tidak. Hanya bercanda, hehe." jawabnya sambil
tertawa kecil. Aku menaikkan sebelah alisku. Menangkap sebuah ke janggalan dari
sikap Kazusa.
"Ah…
sudah hampir malam! Aku bisa dihabisi oleh Onii-san jika pulang terlambat. Bye-bye!" ucapnya
sambil meninggalkanku yang hanya menatap kepergiannya.
…
Aku
berlari sekencang mungkin yang aku bisa. Nafasku terengah-engah dan kakiku
menjerit agar aku berhenti, namun tak kupedulikan. Saat ini yang ada di
pikiranku hanya…
Kazusa.
Padahal
baru saja aku sampai di rumah. Kenapa dengannya? Kenapa sikapnya aneh sekali?
Apa yang ia sembunyikan dariku?
Aku
sudah sampai di rumah sakit dan aku memasuki ruang UGD. Tampak Kazune yang menunduk
sambil menatap Kazusa nanar dan Himeka yang menangis di sampingnya.
"Kenapa?"
tanyaku pada Kazune. Tak mungkin kalau aku menanyakan Himeka sekarang.
"Dia…
meninggal."
DEG
"Cih,
jangan bercanda kau, Kujo!" sangkalku tak percaya.
"Terserah
kau mau percaya atau tidak!"
"Lalu
kenapa bisa? Kenapa kau―"
"CUKUP!"
potong Himeka dengan suara yang cukup keras. Ini pertama kalinya aku melihatnya
membentak seperti itu. "Nee, Kazusa-chan pasti tidak akan senang jika
kalian berdebat terus seperti ini! Dia membutuhkan doa dari kita! Bukannya
saling menyalahkan seperti ini." lanjutnya dengan suara yang serak.
…
Aku
menatap nanar kedua nisan yang ada di depanku ini. Apa salahku sampai Kami-sama merenggut
kedua orang yang sangat berarti bagiku?
"Jin-kun. Pulang yuk. Nanti aku dimarahi
Kazune-chan." ajak Himeka yang
berdiri di belakangku. Heh, salah sendiri menungguiku lama sekali. Lagipula,
aku tak memintanya menemaniku.
"Pulang
duluan saja. Aku masih mau di sini." jawabku dingin. Rasanya aku pernah
mengalami percakapan ini? Tapi di mana?
Himeka
menghela napas panjang. "Nee,
Jin-kun. Aku tahu mereka tidak akan
suka jika kau terjerumus dalam kesedihan dan kegelapan lagi." ucapnya. Aku
membulatkan mataku tak percaya. Ya. Ini pernah terjadi. Apa yang dikatakan
Himeka memang mirip dengan yang dikatakan Kazusa waktu itu. Siapa yang salah?
Aku? Kazusa? Atau Himeka?
Apa
yang kau rasakan jika kau kehilangan dua orang yang sangat berarti di dalam
kehidupanmu? Kau bisa membayangkan rasa sakitnya hatiku dan aku yang tidak bisa
berpikir lebih sehat lagi. Ya. Aku sudah tidak mempunyai akal sehat lagi
sekarang, tapi aku tidak mau bunuh diri.
"Hei, Jin! Kau mau tidak
mengulang semuanya dari awal. Aku akan menyelamatkanmu dari kegelapan dan
kesedihan itu! Kau harus bisa merelakan Karin!"
"Um… Jin-kun. Apa yang akan kau
lakukan jika aku… mati dibunuh?"
Harusnya
saat itu aku sadar. Kazusa tidak pernah bermain-main dengan apa yang sudah
diucapkannya. "Jin-kun. Kazusa-chan kecelakaan karena tak mau
dibunuh oleh Karasuma Kirihiko-san."
ucap Himeka. Aku mengintip dengan ekor mataku. Kulihat dia sedang membungkam
mulutnya sendiri dengan kedua tangannya.
Aku
kembali melihat apa yang ada di depanku. Aku tersenyum dan berdiri lalu
berbalik ke arah Himeka. 'Ya. Kau
benar Kazusa, Himeka. Aku tak akan terjerumus ke dalam kegelapan dan kesedihan
lagi.'
"Kalau
begitu, kau harus membuatku tidak terjerumus oleh kegelapan dan kesedihan
lagi." gumamku pada Himeka yang menatapku dengan penuh tanda tanya. Aku
menarik dagunya dengan tangan kiriku dan menempelkan bibirku di bibirnya. Aku
bisa merasakan ia menegang, tapi lama-kelamaan ia membalasnya.
Aku melepaskan tautan bibir kami. Himeka tersenyum manis ke arahku yang tentu saja kubalas dengan senyumanku.
Kali
ini. Aku akan menjaganya. Aku tak mau kehilangan orang yang kucintai lagi.
.
.
.
OWARI
Tag :// Himeka Kujo,
Tag :// Hurt/Comfort,
Tag :// Jin Kuga,
Tag :// Kamichama Karin,
Tag :// One-shot,
Tag :// Romance
13.12.13
Sekedar untuk refreshing
saya dari dua fanfic multi-chap itu yang rasanya hampir membuat otak saya
meledak. Yah… jujur, walaupun masih baru dan masih segar, tapi rasanya otak
saya blank banget! Jadi, saya
putuskan untuk nge-share info yang
saya dapatkan dari Google ini saja.
Selamat membaca…
Menurut seorang pelaut Norwegia bernama Olaf Jansen, di
dalam buku biografinya―yaitu "The
Smoky God" menjelaskan bahwa Agartha adalah nama sebuah kota di dalam hollow earth. Willis Emerson seorang
penulis yang juga menulis kisah perjalanan Jansen didalam buku "Agartha -
Secrets of the Subterranean Cities" menjelaskan bagaimana sekoci Jansen
berlayar melalui pintu masuk interior bumi di Kutub Utara.
Selama dua tahun ia tinggal bersama penduduk koloni Agharta. Dunia ini diterangi oleh matahari yang lebih berasap, dia menyebutnya 'smoky sun'. Shamballa adalah pusat pemerintahan di Agharta.
Selama dua tahun ia tinggal bersama penduduk koloni Agharta. Dunia ini diterangi oleh matahari yang lebih berasap, dia menyebutnya 'smoky sun'. Shamballa adalah pusat pemerintahan di Agharta.
Cukup aneh memang bagi kita para orang awam, seperti
cerita yang dibuat-buat. Terlalu banyak pertanyaan yang membuat kita penasaran.
Selama dua tahun tinggal di Agharta, Jansen mendapatkan banyak informasi yang mengejutkan. Menurut mereka, Agharta dulunya juga berada dipermukaan (kerak bumi), namun karena perang dahsyat yang terjadi pada masa itu menenggelamkan mereka kedalam bumi. Mereka mengaku Agharta adalah sisa-sisa peradaban Atlantis dan Lemuria.
Dahulu Atlantis dan Lemuria adalah dua kota terbesar dan termaju. Kemudian kedua bangsa ini bertempur, berperang dahsyat. Perang 'Thermo Nuclear' yang dilancarkan kedua bangsa menyebabkan keduanya hancur dan jatuh kedalam bumi. Sisa-sisa pertempuran Atlantis dan Lemuria masih ada di permukaan, yaitu Gurun Sahara, Gurun Gobi, Bagian selatan Australia, dan Gurun di AS―bayangkan seberapa besarnya Atlantis dan Lemuria itu.
Agartha juga dimuat dalam buku "Reliable" karya Alexandre Saint-Yves d'Alveydre. Menurutnya, dunia rahasia Agartha serta semua kebijaksanaan dan kekayaannya akan dapat diakses demi kepentingan seluruh umat manusia. Alexandre menulis dengan sangat bagus, seolah-olah kota ini memang benar-benar ada, jalan masuknya di Himalaya, Tibet.
Penjelajah lain, Ferdynan Ossendowski menullis sebuah buku di tahun 1922 "Beasts, Men and Gods." Dalam buku tersebut, Ossendowski menceritakan sebuah cerita tentang sebuah kerajaan bawah tanah yang ada di dalam bumi. Kerajaan ini dikenal sebagai Buddha Agharti.
Tampaknya, Agartha merupakan kisah legenda yang telah ada dalam ajaran Buddha Vajrayana lalu dihidupkan kembali oleh penulis-penulis barat.
Selama dua tahun tinggal di Agharta, Jansen mendapatkan banyak informasi yang mengejutkan. Menurut mereka, Agharta dulunya juga berada dipermukaan (kerak bumi), namun karena perang dahsyat yang terjadi pada masa itu menenggelamkan mereka kedalam bumi. Mereka mengaku Agharta adalah sisa-sisa peradaban Atlantis dan Lemuria.
Dahulu Atlantis dan Lemuria adalah dua kota terbesar dan termaju. Kemudian kedua bangsa ini bertempur, berperang dahsyat. Perang 'Thermo Nuclear' yang dilancarkan kedua bangsa menyebabkan keduanya hancur dan jatuh kedalam bumi. Sisa-sisa pertempuran Atlantis dan Lemuria masih ada di permukaan, yaitu Gurun Sahara, Gurun Gobi, Bagian selatan Australia, dan Gurun di AS―bayangkan seberapa besarnya Atlantis dan Lemuria itu.
Agartha juga dimuat dalam buku "Reliable" karya Alexandre Saint-Yves d'Alveydre. Menurutnya, dunia rahasia Agartha serta semua kebijaksanaan dan kekayaannya akan dapat diakses demi kepentingan seluruh umat manusia. Alexandre menulis dengan sangat bagus, seolah-olah kota ini memang benar-benar ada, jalan masuknya di Himalaya, Tibet.
Penjelajah lain, Ferdynan Ossendowski menullis sebuah buku di tahun 1922 "Beasts, Men and Gods." Dalam buku tersebut, Ossendowski menceritakan sebuah cerita tentang sebuah kerajaan bawah tanah yang ada di dalam bumi. Kerajaan ini dikenal sebagai Buddha Agharti.
Tampaknya, Agartha merupakan kisah legenda yang telah ada dalam ajaran Buddha Vajrayana lalu dihidupkan kembali oleh penulis-penulis barat.
Jadi, apa pendapatmu tentang kota ini? Apakah kamu percaya
ini benar-benar ada―atau… hanya karangan-karangan mereka saja? Tidak ada yang
tahu sebelum kita melihatnya dengan mata kepala kita sendiri.
10.12.13